Mempertanyakan Kinerja KPK dan Polri

Seminggu sebelum terjadinya wawancara Nazaruddin dengan Metro TV dan TV One, Polri menyatakan bahwa posisi Nazaruddin sudah terlacak. Tetapi kenapa tidak langsung ditangkap, masih menunggu kepastian, ujar Kapolri saat itu. Lalu, sehari setelah wawancara “live” itu, Kapolri menegaskan lagi, kini posisi Nazaruddin sudah terlacak. Dan orang pun bertanya-tanya lagi, kenapa tak langsung ditangkap saja si Nazaruddin itu? Lagi-lagi, jawaban Kapolri sama seperti sebelumnya, masih menunggu kepastian. Polri sudah mendapatkan gambaran tentang posisi Nazaruddin, namun masih terus diselidiki. ”Sekali lagi, masih dalam penyelidikan. Dan kita berkoordinasi juga dengan Menkominfo” Ujar Jenderal Timur Pradopo kepada Detikdotcom di kantor Presiden kemarin. Sementara itu, Menkominfo Tifatul Sembiring menyatakan di TV bahwa menangkap Nazaruddin itu mudah saja. Lhah, buktinya mana, kok belum tertangkap juga ? Kapolri menjelaskan, bahwa wawancara di Metro TV dan TV One itu merupakan bagian tindak lanjut penyelidikan. Penentuan posisinya secara tepat masih dalam penyelidikan.

Dengan fasilitas peralatan komunikasi yang canggih, sebetulnya tidak sulit menentukan keberadaan Nazaruddin. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) saja sudah sering menyadap telpon para koruptor, kemudian menjemput paksa pelaku korupsi itu dengan mudah. Tetapi dalam penangkapan Nazaruddin, sepertinya KPK tak berdaya. Kemana larinya keahlian dan keistimewaan yang dimiliki KPK dalam sadap menyadap dan kemudian menangkap penjahat. Jangan-jangan, pernyataan Ruhut Sitompul bahwa Nazaruddin punya “orang” di KPK bukan sesumbarnya saja. Nazaruddin dapat mengatur KPK . Kemana juga larinya keahlian dan kehebatan Polri dalam menangkap teroris yang keberadaannya jauh lebih rahasia dibanding Nazaruddin. Nazaruddin sudah menelpon secara aktif, seolah-olah mengejek KPK dan Kapolri : ”Kejar daku, Kau ku kasih duit”. Pernyataan Nazaruddin telah memberi uang kepada KPK dan Polisi di telpon mungkin saja betul. Jadinya, sangat susah bagi KPK dan Polri untuk menangkap Nazaruddin. Jadinya ya cuma mengejar-ngejar Nazaruddin saja, tanpa mau menangkap. Kejarlah daku, tapi jangan tangkap aku, nanti kamu aku kasih duit lagi. Namun, sampai kapan bisa begitu terus. Lama-lama kan risih juga, kalau boroknya terus diusik-usik oleh “lalat” pers.

Nazaruddin memang seolah-olah menantang kemampuan KPK dan Polri. Lembaga yang selama ini piawai dalam menangkap penjahat dibuatnya malu. KPK bahkan dikatakan perampok oleh Nazaruddin. KPK telah merampok uang-uang penjahat termasuk uang Nazaruddin. Begitu juga Polri telah berhasil disuap oleh Nazaruddin, setidaknya begitulah “nyanyian” Nazaruddin di sms, BBM dan wawancaranya di TV. Bahkan, Nazaruddin juga menepis keraguan SBY yang menyatakan : Jangan percaya dengan berita yang sumbernya hanya dari sms dan BBM. Kini Nazaruddin menggunakan sarana telpon, yang tak mungkin diragukan lagi seperti sms dan BBM. Kalau sms dan BBM mungkin bukan Nazaruddin yang mengirimnya, tapi kalau telpon langsung, pastinya Nazaruddin yang melakukannya sendiri. Sementara itu, Anas Urbaningrum mengatakan kemarin, jangan percaya dengan pembohong, bagaimana mungkin seorang pembohong dijadikan sumber berita untuk kebenaran.

Nah lhoh…dulu sms dan BBM tidak boleh dipercaya sebagai sumber berita, sekarang suara telpon tidak boleh dipercaya juga karena si penelpon itu (Nazaruddin) pembohong. Jadi rakyat harus percaya kepada siapa. Masih ingat slogan SBY : ”Bersama kita bisa”. Ayo buktikan, KPK, Polri, Menkominfo, Menkumham dan Menlu, “bersama kita bisa” menangkap Nazaruddin. Bisa…Tidak….Bisa…Tidak…Bisa…Tidak….Bisa….Tidak bisa (setidaknya hingga saat ini belum bisa).

1 Response to "Mempertanyakan Kinerja KPK dan Polri"

  1. Rezim Korup. balikin, balikin, ............. negaraku kaya dulu lagi.

    BalasHapus