Memasuki bulan September tahun ini, kita seakan diingatkan lagi pada
peristiwa tragis yang terjadi 11 tahun silam. Saat itu, pada Selasa pagi
yang cerah, sebuah peristiwa naas terjadi. Gedung kembar simbol
supremsi ekonomi Amerika Serikat runtuh ditabrak pesat komersial yang
sebelumnya telah dibajak oleh orang-orang yang oleh media-media barat
disebut "teroris". Banyak orang yang tidak berdosa dan tidak tahu menahu
apa yang terjadi menjadi korban penabrakan tersebut. Sekitar 3000 orang
meninggal dunia dalam apa yang dianggap sebagai peristiwa “serangan
teroris” terburuk tersebut.
Peristiwa itu sendiri sampai hari ini masih menyisakan berbagai macam
spekulasi dan kontrovesi. Versi "resmi" yang dinyatakan pemerintahan
Bush waktu itu sangat tidak memuaskan bagi banyak pihak, termasuk publik
Amerika sendiri. Bagi mereka, adalah sangat mustahil tubuh pesawat
penumpang yang terbuat dari logam aluminium yang relatif lunak itu mampu
meluluhlantakkan gedung-gedung kukuh dengan rangka baja tersebut.
Tahap-tahap keruntuhan gedung yang menyerupai "controlled demolition"
juga menambah keraguan mereka. Tayangan media yang sedemikian detil juga
sangat mencurigakan bagi sebagian orang. Seakan-akan media sudah
dipersiapkan terlebih dahulu untuk meliput kejadian mengerikan itu dan
menayangkannya ke seluruh dunia.
Teknik Controlled Demolition adalah teknik peledakan terkendali yang
biasa dipergunakan untuk menghancurkan gedung-gedung tua yang sudah
tidak bisa dipakai lagi. Dengan menggunakan teknik tersebut, gedung tua
yang ingin dihancurkan bisa diledakkan tanpa menimbulkan kerusakan di
gedung atau bangunan di sekitarnya.
Agar dapat terlaksana, bahan-bahan peledak yang dipergunakan harus
diletakkan di titik-titik tertentu di gedung yang ingin diledakkan
tersebut. Sehingga, saat diledakkan, ledakan yang terjadi hanya di
titik-titik yang diinginkan dan tidak menimbulkan kerusakan di
tempat-tempat yang lain. Gedung yang sudah diledakkan itu pun kehilangan
titik-titik penyangga keseimbangannya dan tidak lagi mampu menahan
beban beratnya sendiri. Gedung itu akhirnya runtuh dengan arah tegak
lurus ke tanah. Para penganut teori controlled demolition mengatakan
bahwa yang meruntuhkan gedung kembar WTC bukanlah pesawat komersial yang
menabraknya tapi bahan-bahan peledak yang telah ditempatkan dalam kedua
gedung tersebut.
Namun demikian, ada juga kalangan tertentu yang menganggap bahwa
peristiwa itu memang murni hasil perjuangan para pejuang muslim yang
dituduhkan oleh Bush dan kroninya. Mereka mengatakan bahwa para pejuang
itu mendapat semacam "karamah" atau keistimewaan dari Allah SWT hingga
pesawat berbadan aluminium tersebut bisa menghancurkan gedung-gedung
kukuh yang megah itu. Mereka juga mengecam orang-orang yang menganggap
bahwa peristiwa 9/11 sebagai buah konspirasi jahat Bush dan
pemerintahannya. Mereka mengganggap orang-orang seperti itu sebagai
orang-orang yang meremehkan kekuasaan Allah SWT dan menghina perjuangan
kaum Mujahidin. Mereka beralasan bahwa Allah SWT memiliki Kekuasaan yang
tidak terbatas dan jika Dia menghendaki, tumbukan pesawat-pesawat itu
bisa saja menghancurkan gedung-gedung tersebut.
Padahal, banyak ulama Islam yang sudah menyatakan kecaman dan
ketidaksetujuan mereka atas aksi penabrakan pesawat tersebut. Salah satu
dari mereka adalah Syaikh Yusuf Qaradhawi, seorang ulama besar dari
Mesir yang kini berada di Qatar. Beliau adalah salah satu ulama yang
sering menjadi rujukan ulama-ulama lainnya dan umat Islam. Beliau
memfatwakan bahwa haram hukumnya membajak pesawat komersial dan
menabrakkannya ke gedung perkantoran sipil. Apalagi sampai menimbulkan
korban jiwa di kalangan penduduk sipil yang tidak bersalah. Dalam
peperangan saja, orang-orang yang bukan bagian dari pasukan musuh
seperti wanita, anak-anak dan rahib-rahib, tidak boleh dibunuh oleh
tentara muslim.
Jihad melawan musuh-musuh Allah SWT adalah amalan yang agung dan mulia
serta besar balasannya. Namun demikian, jihad tidak boleh dilakukan
sembarangan tanpa perencanaan yang matang dan strategi yang jelas. Jihad
juga tidak menafikan faktor - faktor sunatullah dan manusiawi. Dalam
setiap peperangan yang dilakukan Rasulullah, baik yang diikuti langsung
oleh beliau atau yang dilakukan para sahabatnya, faktor sunatullah tetap
dilakukan. Rasulullah dan para sahabatnya tidak pernah mengandalkan
faktor "karamah" atau "bantuan malaikat" meskipun terkadang Allah SWT
mengirimkan bantuan tak terduga seperti angin kencang yang dingin saat
perang Ahzab. Mereka berinfak dan mengumpulkan perbekalan dan senjata
setiap kali hendak berperang. Mereka pernah menggali parit saat
menghadapi musuh dalam perang Khandak. Mereka juga menyiapkan para
pemanah di bukit Uhud saat terjadi peperangan di sana. Mereka juga
pernah mengalami kekalahan karena ketidakdisiplinan para pemanah di
bukit Uhud tersebut dalam hal ghanimah atau rampasan perang.
Ajaran syariat Islam sangat ketat dalam menjaga urusan jiwa dan
pertumpahan darah. Dalam Islam, setiap nyawa adalah amanah yang sangat
berharga. Bahkan dalam peperangan sekalipun pasukan muslim dilarang
menyakiti apalagi membunuh mereka yang bukan bagian pasukan musuh
walaupun berbeda keyakinan. Peristiwa 11 September 2001, selain sangat
janggal apabila ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan dan sunatullah, juga
bukan merupakan cara berjuang yang disyariatkan oleh Islam.
Kalaupun peristiwa itu membuat banyak orang Amerika dan bangsa-bangsa
Barat lainnya tertarik mempelajari Islam dan sebagian dari mereka
menjadi muslim, hal itu bukanlah pembenaran atas penabrakan gedung
kembar tersebut. Dakwah dan perjuangan menegakkan kalimat Allah SWT
harus terus dilakukan namun dengan cara-cara yang elegan dan dengan
tetap memperhatikan rambu-rambu syariat dan sunatullah, bukan dengan
cara yang serampangan dan membabi buta. (Muhammad Nahar/wasathon.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Peristiwa 11 September 2001 antara Karamah dan Konspirasi "
Posting Komentar