HEDONIS, BERHALA KAUM LIBERALIS !!!
Oleh Media Islam Online Hari ini jam 11:04
oleh : MSF
Apa arti moral bagi manusia liberalis? Sebagai keyakinan, bagian
gaya hidup, atau sesuatu yang artificial belaka ? Barangkali
kebingungan adalah jawaban yang paling pas bagi masyarakat
pecinta kebebasan. Ditengah hiruk pikuk teriakan kebebasan justru
nilai-nilai kemanusiaan terampas. Bahkan, manusia terpuruk pada
derajat yang terendah. Inilah buah kebebasan yang diyakini sebagai
pembebas manusia dari ketertindasan.
Marjinalkan Agama
Nonsens, kiranya itu kata yang paling pas untuk menjawab harapan
akan tereduksinya Social decease (kematian sosial) di alam
demokrasi. Bagaimanapun, kerasnya seruan bahwa liberalisme tidak
identik dengan kebejatan moral adalah sia-sia. Sejak kelahiran telah
menafikan peran agama dalam kehidupan. Bukankah akar dari
liberalisme adalah sekularisme? Mustahil menghadirkan peran agama
dalam kehidupan liberalis. Yang ada justru marjinalilsasi peran agama
yang kini kian akrab dengan istilah ‘privatitasi’ agama-
menempatkan agama hanya dalam tataran privat, bukan publik. Ini
adalah bahasa halus dari ‘character assassination’ (pembunuhan
karakter) terhadap agama, dalam hal ini khususnya islam. Andapun
eksis, agama beserta institusinya hanya menjadi slender-alat
pengesahan bejatnya paham liberalisme yang kini coba ditebar
benihnya ditengah-tengah masyarakat.
Upaya untuk mengembalikan peran dan karakter islam sebagai
ideologi universal di tengah publik justru menuai antipati. Apabila
contoh kasus ketika sejumlah kalangan mengancam pornografi dan
pornoaksi sebagai bagian demoralisasi bangsa dan bertentangan
dengan agama, air bah penentangan pun berdatangan. Seperti
menentang, para pengusaha entertainment dan broadcasting malah
mengelar aneka tayangan penggoda syahwat itu dengan atraktif.
Jelas benar terbaca, bahwa di mata para sekularis, aturan-aturan
agama sebagai norma pembatas kehidupan layak ditampik.
Keyakinan bahwa agama berperan sebagai ‘pil mujarab’ untuk
mengatasi berbagai krisis kemanusiaan hampir sama dengan
tahayul; ada tetapi tak bisa diwujudkan alias utopia. Lalu apa yang
menjadi ukuran kebaikan bagi masyarakat liberalis? Tidak ada yang
lain kecuali hedonisme, kesenangan fisik belaka. Artinya, upaya apa
pun untuk menyenangkan diri adalah legal dan wajib mendapatkan
tempat dalam kehidupan yang serba bebas ini.
Mass Moral Destruction
Tentu saja ada harga yang harus dibayar atas setiap pilihan dan
keyakinan yang di ambil masyarakat kebebasan hakikatnya adalah
gerbang budaya deskruktif manusia .ia telah merenggut fitrah
manusia dan melahirkan berbagai macam penyakit sosial yang
serius.salah satu bagian yang paling mencolok dari paham
kebebasan itu adalah kebebasan perilaku [hurriyah asysyakhsiyyah]
kebebasan ini telah menyimpangkan tujuan penciptaan naluri
seksual/melestarikan keturunan yang secara built-in Allah ciptakan
pada manusia .
Prinsip kebebasan telah menjadi semacam ‘alat penghancur moral
massal’ meluluhlantakkan moral dari tataran publik hingga
kelapisan privat. Pornografi, seks bebas, dan penyimpangan seksual
menjadi ritual baru umat manusia. Di Eropa, Denmark adalah Negara
yang dengan terbuka memproklamirkan diri sebagai sentra
pornografi dan prostitusi, dan Copenhagen sebagai ibu kota Negara
merangkap pusat akivitas seks bebas. Sejak tahun 1969 Denmark
menghapuskan sensor film. Pada bulan November tahun yang sama,
industri film porno Denmark mengejutkan dunia dengan
menyelenggarakan The Covenhagen Sex Fair, sejak itu, Copenhagen
dijuluki pusat pornografi, prostitusi, serta hiburan seks Live di Eropa.
Diperkirakan sekitar 1500 pekerja seks ‘beraksi’ setiap hari.
Jumlah ini terbagi dalam beberapa lokasi seperti panti pijat, bar dan
juga mereka yang nekad ‘berkeliaran’ di jalanan.
Penghapusan sensor film yang diberlakukan di Denmark ternyata
berlaku untuk semua, bahkan remaja sekalipun. Remaja minimal
berusia 12 tahun boleh menyaksikan film apa saja yang diputar di
bioskop, termasuk film biru. Film-film Amerika kadang-kadang dibuat
dalam dua versi. Satu untuk Eropa Utara dengan bagian yang banyak
adegan seksnya. Satunya lagi untuk komsumsi di USA sendiri dengan
menghilangkan banyak adegan esek-esek. Keleluasan itulah yang
amat disukai oleh penduduk Copenhagen.
Tahun 2007, sebuah lembaga yang bertugas melindungi dan
melestarikan alam lingkungan di Denmark, kini sedang ramai menjadi
buah pembicaraan, baik didalam negeri maupun diluar negeri.
Gebrakan kontroversial yang baru dilancarkan, adalah menyebarkan
sebuah atlas yang berisi 100 tempat terindah untuk melakukan
hubungan seksual di alam terbuka. Dengan semboyan "Bebas
berpornografi di alam lingkungan", lembaga tersebut bermaksud
memberikan rangsangan pada orang-orang Denmark agar tidak
mentabukan melakukan hubungan seksual di alam terbuka.
Tahun 2009, para anggota delegasi peserta konferensi tingkat tinggi
(KTT) dunia tentang perubahan Iklim (KTT Bumi) yang digelar di
Copenhagen. Denmark, boleh menikmati hubungan seksual gratis
dengan para pelacur kota tersebut. Servis Ini ditawarkan oleh
sebuah serikat pekerja seks komersial Denmark. Selain sebagai
bentuk keramah-tamahan. layanan Itu sekaligus sebagai protes
terhadap pemda Copenhagen.dikarenakan Pemda mengeluarkan
kartu pos bertuliskan “Jangan belanja seks" yang disebarkan di
seluruh hotel di Copenhagen yang menjadi penginapan delegasi dari
sekitar 130 negara. Karena Itu, sebagai balasan mereka menawarkan
layanan gratis. Caranya pun mudah. Peserta yang berminat cukup
mendaftar di situs organisasi itu. kemudian menyerahkan kartu pos
itu kepada PSK
Seiring dengan kebebasan itu, Copenhagen juga bersikap toleran
terhadap narkotika. Mereka bahkan membuka stand khusus untuk
menjual barang-barang terlarang itu. Polisi pun tak melakukan
tindakan apa pun untuk menghentikan. Kebabasan lain yang
diberikan Copenhagen (juga Negara-negara yang termasuk dalam
Scandinavia) adalah bagi mereka yanmg homoseks atau lesbian
untuk menikah. Pesta pernikahan yang dilakukan oleh kaum homo
atau lesbian di sana tak ubahnya pasangan normal lainnya.
Jangan salah, Indonesia pun terbilang Negara yang bebas membuat
dan mengkomsumsi pornografi dan seks bebas. Menurut UU
Pornografi-Pornoaksi, hanya orang yang ketahuan melakukannyalah
yang akan dipidana dan diberi sanksi. Sedangkan yang free sex
secara diam-diam tak akan dikenai hukuman. Industri esek-esek pun
tak diblokir. Media-media seronok juga tak diberi sikap dan sanksi
yang tegas. Bahkan penjahat kelamin Ariel Peter Pan pun hingga saat
ini masih belum jelas ujungnya.
Pornografi dan seks bebas tidak saja menawarkan kesenangan,
tetapi juga uang. Oleh karena itu, dalam masyarakat liberal, seks
tidak lagi bersifat privat apalagi suci, tetapi telah menjadi industri
yang amat komersial. Dalam dunia media massa, publik dunia
mengenal playboy yang telah menjadi ikon dalam penerbitan lher
dan konon terjual hingga 5 juta eksemplar peredisinya. Playboy
Enterprise Incorporation (PEI), nama perusahaan yang memayungi
seluruh produk ‘cap kelinci’ ini meraup keuntungan besar dari
berdagang sensualitas dan sex appeal wanita. TV playboy dan
sejumlah channel film dewasa telah meningkat pelanggannya.
Kebebasan perilaku yang menjurus pada freesex missal ini telah
menjadi bagian dari lifestyle bahkan prestise bagi para pelakunya,
persis tayangan film serial popular Televisi Sex And The City
dibintangi Sarah Jessica Parker. Seperti latah, perilaku ini pun terjadi
ditanah air. Seperti diungkap Moammar Emka dalam bukunya,
Jakarta Under Cover (JUC), kian banyak saja kalangan esmud
(eksekutif muda) dan selebritis yang melebur dalam gaya hidup
hewani ini. Ada yang sifatnya Free Charge seperti kencan semalam
(One Night Stand) hingga yang eksekutif dengan melibatkan uang
hingga ratusan juta rupiah permalamnya! Prostitusi yang ditawarkan
pun kian atraktif. Mulai pesta nudies dengan uang keanggotaan
puluhan juta rupiah atau zina keliling Jakarta di dalam mobil-mobil
mewah.
Tingkat penggunaan narkoba pada masyarakat hedonis amat
menonjol. Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut
kehidupan macam ini mulai menuai ‘hasilnya’. Penggunaan
narkoba di Tanah Air juga semakin meningkat, khususnya pada usia
remaja, Tingginya penggunaan narkoba ternyata juga berdampak
pada meningkatnya pengidap Virus HIV sebagai akibat penggunaan
jarum suntik secara bergiliran diantara para junkies. Wuihh... So, bagi
kalian yang masih memilih menjadi pesakitan hedon dan penyembah
berhala liberalisme...sadar jack,sadar...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "hedonis"
Posting Komentar